Halaman

Selasa, 23 September 2014

INTEGRASI KURIKULUM PENDIDIKAN PESANTREN SALAF DAN KHALAF



INTEGRASI KURIKULUM PENDIDIKAN
PESANTREN SALAF DAN KHALAF
(Studi Komparatif Terhadap Pesantren Aida Tugujaya dengan
Pesantren Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga)


Darul Abror
IAIN Raden Fatah Palembang

Program Magister IAIN Raden Fatah Palembang


Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis langkah-langkah integrasi kurikulum, perbedaan identitas kurikulum pada pesantren salaf AIDA Tugujaya dan Pesantren Khalaf Raudlatul Ulūm Sakatiga, baik pada formulasi, kekuatan dan kelemahannya, faktor penghambat dan pendukungnya serta peneliti berupaya terhadap integrasi kurikulum tersebut sekaligus mencoba mengintegrasikan kurikulum tersebut menjadi kurikulum model baru dalam pendidikan pesantren.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data diperoleh dengan metode triangulasi (gabungan) yakni dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian diklasifikasikan pada dua sumber data yakni data primer dan sekunder. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data interaktif.
            Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, terdapat empat identitas perbedaan kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan Pesantren Raudlatul Ulūm Sakatiga, pertama, pada formulasinya, pesantren Salaf AIDA Tugujaya diformulasikan dalam bentuk kurikululum klasik dengan meggunakan sistem dan metode sorogan,bandongan atau wetonan yang terintegratif tingkat lokal. Sedangkan  pesantren Khalaf Raudlatul Ulūm Sakatiga menggunakan sistem kurikulum terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Khalaf Gontor, Pondok Darussalam Jakarta  dan Ma'ahid Islamiyah dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, Syiria dan Madinah dengan metode yang fleksibel. Kedua, pada kekuatan dan kelemahan kurikulumnya, kurikulum pesantren Salaf AIDA Tugujaya lebih sederhana, membutuhkan waktu yang sedikit, efisien, penguasaan keilmuan agama yang lebih. Adapun kelemahannya, kurangnya strategi pengembangan materi klasik dan SDM yang belum menyelesaikan  pendidikan tingkat tinggi dalam pesantren. Sedangkan pada kurikulum pesantren Khalaf Raudlatul Ulūm Sakatiga memiliki kekuatan terintegratif tingkat internasional, sesuai dengan  kebutuhan santri dan perkembangan zaman, fleksibel, inovatif, signifikan serta kontemporer. Adapun kelemahannya terdapat biaya yang mahal, memiliki pengetahuan agama kurang luas, kesenjangan sosial bagi santri reguler dan RMBI, serta implementasi program yang kurang kurang terorganisir.
Ketiga, Pesantren Salaf AIDA Tugujaya memiliki faktor pendukung kurikulum antaralain pengalaman akademik salafi kiai, tingkat tawādlu’ santri yang tinggi, efektifitas keorganisasian pengurus asrama, kuatnya tradisi dan metode yang istiqomah serta terbantunya ekonomi pesantren dari donatur. Sedangkan faktor penghambatnya antaralain metode kurang terinovatif,  nikah usia dini,  fasilitas yang terbatas, minimnya biaya, keterbatasan sumber daya manusia.  Berbeda dengan pesantren Raudlatul Ulūm Sakatiga, terdapat faktor pendukung kurikulum antara lain perencanaan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman, metode yang fleksibel, fasilitas yang lengkap, pengalaman akademik internasional pendidik, komunikasi efektif dengan pesantren dan Negara maju, serta manajemen yang demokratis. Adapun faktor penghambatnya antaralain tenaga pendidik yang belum merata sesuai keilmuannya, kesenjangan sosial santri, membutuhkan banyak waktu dan meninggalkan tradisi klasik pesantren.  
Keempat, Pada langkah-langkah integrasi kurikulumnya, pesantren Salaf AIDA Tugujaya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang lebih sederhana. Sedangkan  Pesantren Khalaf Raudlatul Ulūm Sakatiga, integrasi kurikulumnya dilakukan dengan  sistematis dan demokratis. Selain itu, peneliti juga berupaya agar kurikulum terintegratifnya lebih maksimal, pesantren AIDA Tugujaya agar mengembangkan pada aspek muhaddasahnya sedangkan pesantren Raudlatul Ulūm pada penguasaan Qowā’idnya dengan tetap mempertahankan hal lama yang baik.

Kata Kunci: Integrasi, Komparatif Kurikulum, Pesantren Salaf, Pesantren Khalaf.

Pendahuluan  
           Dewasa ini, banyak perubahan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga  pendidikan termasuk pondok pesantren dalam mengembangkan pendidikan terutama dalam bidang pendidikan agama Islam sesuai dengan kebutuhan, peluang, potensi serta budaya yang ada. Hal ini menjadikan aneka ragam kemasan pendidikan terutama pendidikan di Pondok Pesantren salaf maupun pendidikan pesantren khalaf, yang bermula dengan pesantren salaf kemudian di khalafisasikan dengan beberapa ragam pengembangan dan sistem, metode, manajamen dan kurikulum yang berbeda dalam proses menuju kemajuan pendidikan Islam sesuai dengan perkembangan zaman.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddīn) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.         (Mastuhu,1989 hlm.14). 
            Pendidikan salaf  lebih mengutamakan ajaran-ajaran yang lebih dominan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning yang sering disebut dengan kitab gundul, masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, dan wetonan, bandongan dalam proses kegiatan belajar mengajar santri, masih memperkenalkan sistem jenjang kelas disebut juga dengan sistem klasikal namun materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning atau kitab klasik, dan hubungan emosional kyai dengan santri di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren khalaf. Hal ini karena kyai menjadi figur sentral, sebagai edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama.
Sedangkan pondok pesantren khalaf  mengikuti berbagai perkembangan zaman yang ada, baik sistem, teknologi, fasilitas, metode pembelajaran dan dan termasuk lebih utama pada kurikulumnya. Sekarang sudah banyak pesantren yang berbasis khalaf yang berkembang di Indonesia. Dengan demikian, pesantren khalaf ini tidak mengadopsi tradisi-tradisi pesantren salaf seperti metode pembelajaran bandongan, sorogan,  lalaran serta kurikulum kitab-kitab kuning atau klasik, akan tetapi lebih dominan terhadap strategi yang lebih aplikatif dan lebih banyak menggunakan modul maupun ringkasan materi pada pelajaran yang disampaikan. Disisilain, memang pesantren khalaf dikemas lebih mengutamakan potensi yang siap terjun dan seimbang dengan perkembangan zaman baik tingkat Nasional maupun tingkat Internasional. Ada sebagian pesantren khalaf yang tetap tidak meninggalkan secara menyeluruh tradisi pesantren baik dalam kurikulum maupun sistem dan metodenya yang dipakai dalam pesantren salaf. Akan tetapi pendidikan di pesantren khalaf kurang fokus terhadap permasalahan etika antara seorang santri dengan seorang kyai serta kurang begitu menguasai pengetahuan pendidikan agama Islam secara menyeluruh terutama ilmu alat atau nahwu, karena hanya beberapa ilmu agama saja yang diajarkan di pondok khalaf  dengan sitem dan metode yang lebih fleksibel dan sesuai dengan perkembangan atau tuntutan zaman.
           Sesuai dengan realita di atas, kurikulum pendidikan pesantren salaf dan khalaf terdapat beberapa kelemahan dan penghambat baik pada perencanaan, implementasi serta evaluasi kurikulumnya dibalik eksistensi pendidikan pesantren tersebut. Selain itu,  pesantren salaf dan khalaf  juga masih memiliki kekurangan dan kelemahan dalam melakukan upaya pengembangan kurikulum guna menyesuaikan perkembangan dan tuntutan zaman.  Hal ini dapat dilihat  dengan out put atau alumni dari pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, pada pesantren salaf AIDA Tugujaya, santri lebih menguasai dasar-dasar pembelajaran  atau qowā’id nya daripada muhādasah atau penguasaan percakapan khususnya dalam kategori bahasa arab.  Sebaliknya, pada pesantren khalaf  Raudlatul ‘Ulūm lebih mengutamakan penguasaan muhādasah atau penguasaan percakapannya daripada penguasaan dasar atau qowā’id nya, dan hal ini dapat dilihat pula pada sistem kurikulum agamanya 50%.
             Dengan demikian, adanya gejala-gejala kurikulum pendidikan pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga tersebut di atas, peneliti ingin meneliti  lebih jauh, tentang formulasi,  kelemahan, faktor penghambat serta upaya pengembangan kurikulum  pendidikan pesantren yang terlihat masih belum maksimal. Maka peneliti mengangkat judul “Integrasi Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf dan Khalaf: Studi Komparatif Terhadap Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm   Sakatiga.    

Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mengetahui perbedaan indentitas kurikulum pesantren salaf dan khalaf, baik formulasi kurikulum, kelemahan dan kekuatan, penghambat dan pendukung serta upaya yang dilakukan dalam mengintegrasikan kurikulumnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2007. hlm. 9) bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, Suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
Peneliti mengumpulkan berbagai data dan informasi melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menempatkan diri sebagai instrumen utama ( the key instrument). Dengan demikian, peneliti dapat menilai keadaan dan mengambil keputusan terhadap sesuatu dari informasi yang diperoleh tentang perbedaan identitas kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul Ulūm  Sakatiga.
Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan di pesantren salaf AIDA Tugujaya Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan pesantren khalaf Raudlatul Ulūm  Sakatiga Kabupaten Ogan Ilir. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari informan dengan cara wawancara mendalam, obsevasi dan dokumentasi. Menurut Suwito (2011, hal. 247) mengemukakan dalam kamus ilmiahnya bahwa informan adalah orang yang menjadi sumber data penelitian atau pemberi informasi atau data.  Dengan demikian, informan merupakan sumber data utama bagi penulis untuk memperoleh data selama penelitian.
Sumber Data
           Kumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi,wawancara dan dokumentasi. Peneliti memilih para informan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dengan senang, jujur dan terbuka. Adapun sumber data yang dipergunakan diklasifikasikan pada dua sumber data yakni data primer dan sekunder.
a.    Sumber data primer, penulis dapatkan dari beberapa unsur antaralain, Pengasuh atau Mudir, Pudir Bidang Akademik, Ustāz pengampu pelajaran pesantren, pengurus asrama dan santri pada pesantren  Salaf AIDA Tugujaya Pondok dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm   Sakatiga.
b.    Sumber data sekunder, penulis dapatkan dari  dokumentasi pesantren, hasil penelitian dan sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode  triangulasi. (gabungan).   Triangulasi yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan atau stimulan (Sugiyono, 2007. hal. 8).
Dengan demikian, penggabungan teknik penilitian ini terdiri dari beberapa metode pengumpulan data antaralain  metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
 Pertama, Metode Observasi, mengkaji tentang implementasi kurikulum di Pondok Pesantren Salaf Tugujaya dengan Pondok Pesantren Raudlatul ‘Ulūm   Sakatiga, baik pada tempat pembelajaran, kegiatan ektrakurikuler, metode pembelajaran, media pembelajaran serta sumber dan bahan ajar pesantren yang dijadikan  obyek penelitian pada lingkup penggunaan metode ini.
Peneliti menggunakan observasi sebagai salah satu metode yang utama seperti dikemukakan oleh Sudijono (2012, hal. 76) bahwa observasi  adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (=data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.  Metode ini dimaksudkan  untuk mendapatkan atau menghimpun data secara langsung tentang identitas kurikulum pesantren salaf dan khalaf. Dalam penelitian ini ada beberapa komponen yang di observasi antaralain:
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi

Uraian
Komponen
Sub Komponen
Indikator
Kurikulum Pesantren salaf dan khalaf
Implementasi Kurikulum Pesantren
Kegiatan Pembelajaran di Pesantren salaf dan khalaf
Tempat Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Ektrakurikuler
Metode Pembelajaran
Media Pembelajaran
Sumber Belajar
Bahan Ajar
Strategi Pembelajaran
Fasilitas pesantren

Tabel di atas merupakan komponen-komponen yang diobservasi oleh penulis selama penelitian sehingga observasi lebih sistematis, selektif dan lebih mudah serta efisien waktu. Pada observasi ini penulis mengobservasi secara mendalam pada aspek implementasi kurikulum pesantren antara lain pada tempat pembelajaran di pesantren atau asramanya, fasilitas, metode yang dipakai dalam pembelajaran, bahan ajar yang digunakan, media serta kegiatan ekstrakurikulernya.
Kedua, Metode wawancara, wawancara yang dilakukan berfungsi sebagai metode utama dalam memperoleh tentang  identitas kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudhatul Ulum Sakatiga baik pada perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulumnya.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sudijono (2012, hal. 82) bahwa  wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian adalah wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview). Menurut Sugiyono (2008, hlm. 189) tujuan wawancara semiterstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa  yang dikemukakan oleh informan.   
Pengumpulan data wawancara di atas dilakukan dengan beberapa langkah-langkah, langkah-langkah tersebut sesuai yang dikemukakan Sugiyono (2008, hal. 235) antaralain  (a) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, (b) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan wawancara yang berhubungan dengan identitas kurikulum pesantren salaf dan khalaf. (c) mengawali atau membuka alur wawancara, (d) melangsungkan alur wawancara, (e) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, (f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, (g) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. 

Untuk mempermudah mendapatkan data dalam wawancara, peneliti menggunakan alat, yaitu handpone  untuk merekam proses wawancara selama penelitian.   
            Ketiga, Metode Studi Dokumentasi. Studi Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan terutama untuk kebutuhan tahap ekplorasi (penjajajakan) dan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data berupa dokumen yang tersedia di kawasan penelitian, antaralain : Dokumen-dokumen kurikulum, Profil Pondok Pesantren, Struktur Kurikulum, Data Santri, Data Ustāz, Data Pengurus Pondok serta kegiatan-kegiatan pesantren.
          Setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi tentang perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulum pada masing-masing pondok pesantren salaf maupun khalaf, peneliti mencoba untuk menyimpulkan dan mengintegrasikan serta merekomendasikan hasil penelitian guna perbaikan kurikulum yang digunakan pondok pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul Ulūm Sakatiga sehingga lebih efektif jika diterapkan dalam pesantren. Ada beberapa komponen yang peneliti lakukan setelah melaksanakan observasi, wawancara dan dokumentasi antaralain:
Denah I. Kisi-kisi integrasi kurikulum dan pengembanganya












Lapangan
 







Penulis
 

 






Denah di atas memiliki substansi bahwa adanya konsep integrasi kurikulum pesantren, antara pesantren salaf AIDA TuguJaya dengan pesantren khalaf Raudlatul Ulūm Sakatiga yang kemudian integrasi kurikulum tersebut dianalisis oleh peneliti lebih dalam dengan memahami dan menganalisa data dari lapangan kemudian direkomendasikan pada masing-masing pesantren untuk mempertimbangkan hasil penelitian tersebut sebagai bagian dari evaluasi dan perbaikan kurikulum pesantren. 
Dengan demikian, selain menganalisis formulasi kurikulum, kelemahan dan penghambat kurikulum serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengintegrasikan kurikulumnya dimasing-masing pesantren, peneliti bermaksud mengembangkan hasil analisis penulis kemudian menjadikan hasil peneltian dari studi komparatif antara kurikulum pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga dengan pesantren salaf AIDA  Tugujaya sebagai pertimbangan yang harus di perhatikan oleh pesatren tersebut guna eksistensi kurikulum pesantren mendatang. Penulis melakukan upaya ini pada ke dua pesantren tersebut dengan tetap mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik.
Metode Analisis Data
Dalam mengolah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan berbagai sumber yang relevan, peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya menghimpun, menyeleksi, serta melakukan pengelompokan semua data yang peneliti peroleh dari berbagai sumber yang dijadikan tempat pencarian data terutama di pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
Sesuai yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008, hal. 244) analisis data adalah  proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data yang terkumpul dianalisis dengan mendeskripsikan. Data yang telah diperoleh dirangkum atau dikhtisarkan atau diseleksi sesuai dengan permasalahan yang diteliti, hal ini biasa dikenal dengan kategori pekerjaan analisis yang disebut reduksi data. Disamping reduksi data, juga diperlukan proses dan kegiatan display data, yaitu penyajian data kedalam sejumlah matriks yang sesuai dengan masalah penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah  dalam menyimpulkan dan menginterprestasikan data (Faisal, 1995. hlm. 271).
Model yang peneliti gunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan Interactif model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994, hlm. 12).   Dari hasil kerja penghimpunan dan penyeleksian, dengan menggunakan model interaktif yaitu, dalam menganalisa data yang diperoleh dilakukan melalui tiga tahapan yaitu data, display data, dan verifikasi data (Usman, 2001. hlm. 86-87). Reduksi data dilakukan dengan memilah data mana yang dibutuhkan dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan untuk dijadikan data pokok dalam proses anaslisis. Sedangkan tahap display data adalah menampilkan kembali data yang telah dikelompokkan dan dipilah sebelumnya untuk keperluan kerja analisa. Sementara itu tahap verifikasi data merupakan tahap diskusi, analisis, kritik dan interpretasi terhadap data yang digunakan  dalam kegiatan analisa, untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan. Pada tahap akhir yaitu verifikasi data tersebut dilakukan dengan prosedur analisis, kritis, dan interpretatif. Prosedur analisa merupakan tahap pengenalisaan terhadap data yang ada secara mendalam untuk mendapatkan pemahaman baru terhadap sumber data yang telah ditemukan para ahli.
Secara sederhana prosedur analisis akan dilakukan dengan menggunakan intercaktive model dapat digambarkan sebagai berikut;






Oval: Data
Display

Oval: Data collection

 
                                                                                   
 




Gambar 1 : Componen of Data Analysis Intercative Model

Hasil dan Pembahasan
Pada formulasinya, kurikulum pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dengan Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki perbedaan yang signifikan, kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya menerapkan konsep dasar kurikulum yang tetap kukuh berpedoman pada ilmu-ilmu salaf, dimana keaslian akidah lebih terjamin ke-aslinya. (Wawancara dengan Ky. Toha Jazuli tanggal 05 Juli 2013). Hal ini sesuai dengan dictum pesantren dan pedoman Nahdlatul ‘Ulamā’ dalam menghadapi perkembangan zaman  serta benturan-benturan kultural yang dipandang membahayakan yakni dengan memelihara hal-hal baik yang telah ada sambil mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik, (al-muhāfadlatu ‘ala al-qodhīmi ash shālih ma’a al akhzu bī al jadīdi al ashlāh).
Pada pesantren salaf AIDA Tugu Jaya lebih mementingkan konsep Tafaqquh fiddīn,  dengan harapan tetap mengarah keaslian akidah dari para ulama terdahulu serta tetap pada haqiqiyah dan hilmun atau aris dalam bertindak.   (Wawancara dengan K.H. Toha Jazuli pada tanggal 15 Juli 2013).
Pesantren Salaf AIDA Tugujaya menyusun rencana kurikulum sebagai berikut,
Struktur kurikulum pesantren Salaf AIDA Tugujaya

No
Mata Pelajaran
Jenjang Madrasah Diniyah / Mata pelajarannya
TPA
Awwamil
Al-Jurūmiyyah
Imrītī
Alfiyyah
1.      1
Iqra’
ü  




2.      2
Al-Qur’an
ü  




3.       
Mabādi Fiqih

ü  



4.       
Aqidatul Awwām

ü  



5.       
Fasholatan
ü  
ü  



6.       
Tasrif

ü  
ü  
ü  

7.       
Ijul adāb

ü  
ü  


8.       
Sulam Taufiq


ü  


9.       
Qowāidul al-’lal


ü  


10.   
Ta’līmul al-Muta’alīm


ü  
ü  

11.   
Jurūmiyyah


ü  


12.   
Jazāriyah


ü  


13.   
Imritī



ü  

14.   
Fatkhūl al-Qōrib



ü  

15.   
Maqsūd



ü  

16.   
Alfiyah




ü  
17.   
Bulugh al-Marām




ü  
18.   
Fat’ul Mu’īn




ü  
19.   
Manteq




ü  
20.   
Ekstrakurikuler






Jumlah Jam
12
12
16
14
16
Sumber : Data adminitrasi pondok pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya

          Berbeda dengan pesantren  Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga,

            Dengan demikian, ada beberapa upaya menurut penulis dalam menyelesaikan problematika pada penguasaan muhaddātsah pada pesantren salaf AIDA Tugu Jaya, upaya-upaya tersebut antara lain;
1.    Menjadikan metode muhaddātsah ini menjadi suatu bagian dari sistem pesantren AIDA Tugu Jaya dengan mewajibkan seluruh santri untuk menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi selama di pesantren baik dengan Kyai, Ustaz maupun dengan santri lain.
2.    Memberikan buku panduan khusus yang berisikan tentang kosa kata dan percakapan-percakapan bagi santri pemula.
3.    Kyai dan Ustaz melakukan tanya jawab dengan para santri dengan menggunakan bahasa Arab atau mengadakan pelatihan percakapan dua orang santri atau lebih untuk mendiskusikan masalah tertentu dengan menggunakan bahasa Arab, dan ini bisa dikembangkan pada kegiatan muhadlarah  dengan menggunakan bahasa Arab.
4.    Membangun lingkungan yang berbudaya bahasa Arab, dengan  cara menulis benda-benda di lingkungan pesantren dengan bahasa Arab.
5.    Adanya studi integrasi kurikulum dengan Kyai dan pesantren salaf lain yang lebih maju.
Sebaliknya, pada identitas kurikulum pesantren Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga, sesuai hasil analisis peneliti  bahwa terdapat beberapa hal yang signifikan yang menjadi kajian mendalam dan perlu diperkuat pada penguasaan qowā’idnya, sehingga hal ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah antara lain;
1.    Secara sistem, menjadikan bahasa Arab bahasa sebagai bahasa yang wajib dikuasai secara baik pada muhaddātsah dan juga qowā’idnya.
2.    Menambah jam pelajaran pada mata pelajaran Bahasa Arab
3.    Menjadikan pelajaran-pelajaran klasik (jurūmiyah, atau ‘imriti dan alfiyah) sebagai tambahan dan penguat dalam penguasaan keilmuan nahwu santri.
4.    Adanya pendampingan khusus terhadap santri dengan memperkuat pengetahuan qowā’id dan peningkatan muhaddāsah pada pengurus (OP3RU), sehingga pendekatan struktural ini akan lebih sistematis membantu ustaz dalam memaksimalkan programnya.
5.    Adanya SDM khusus dan fokus mengajarkan kemampuan  qowā’idnya dengan kitab-kitab klasik.  
            Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa masing-masing pesantren, baik pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dan pesantren Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga masih perlu upaya-upaya yang terhadap integrasi kurikulumnya agar lebih eksis dan tetap mengutamakan proses pembelajaran santri guna mendapatkan hasil yang mampu bersaing di era global dengan tetap mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Sesuai hasil peneletian penulis, integrasi kurikulum pesantren tersebut tetap mengedepankan penguasaan  qowā’id dan muhaddāsahnya,  sehingga terdapat beberapa disiplin ilmu yang dapat dijadikan sebagai kurikulum terintegratif pada pesantren, yakni adanya penguatan bidang qowā’idnya dengan mengimplementasikan  jurūmiyah,‘imriti, alfiyah, Tasrif. Sedangkan pada penguatan muhaddāsahnya diberikan materi Mahfuzhot, Imla', Insya' dan Qur'an Tahfizh.  Serta tetap didampingi dengan budaya dan sistem yang lebih mengedepankan skill penguasan Bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari santri dan ustaznya.  


Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai informasi dan data yang dapat penyusun kumpulkan mengenai Integrasi Kurikulum Pesantren Salaf dan Khalaf (Studi Komparatif   pesantren AIDA Tugujaya dan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga) antaralain,
            Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya telah memformulasi kurikulum pesantrennya dalam bentuk kurikululum  klasik dan atau tradisional dengan konsep dasar kurikulum yang tetap kukuh berpedoman pada ilmu-ilmu salafatau tafaqquh fiddien, Adapun formulasi kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya juga mutlak dari Kiainya langsung dengan menggunakan sistem dan metode sorogan,bandongan atau wetonan yang menjadi kewajiban dalam pembelajaran yang diformulasi sebagai bagian dari perencanan, implementasi dan evaluasi kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya. Berbeda dengan formulasi kurikulum pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga dengan sistem kurikulum terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Modern Gontor, Pondok Darussalam Jakarta  dan Ma'ahid Islamiyah dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, syiria dan Madinah terutama pada pengembangannya. Kurikulum Pesantren juga disesuaikan dengan kebutuhan, target serta pencapaiannya dalam bersaing di era global baik di dalam dan di luar negeri. Salah satu sistem yang digunakan dalam implementasi kurikulum tersebut adalah dengan sistem fool day school.
Kekuatan dan Kelemahan kurikulum pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dengan Pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki perbedaan yang signifikan. Pertama, Pesantren Salaf Aida Tugu Jaya lebih sederhana, membutuhkan waktu yang fleksibel, efisien dan diformulasikan penguasaan keilmuan agama dan tasawufnya lebih tinggi, lebih dekat dengan kiai dan ustadz, serta menggunakan metode yang istiqomah dan mudah dipahami oleh santri jawa saja, lebih teliti, terarah, dan  tetap memprioritaskan produk serta 100% agama. Adapun kelemahannya antaralain kurangnya sumber daya manusia yang pendidikan salafnya sesuai dengan jenjang yang ada dan masih memprioritaskan kelompok. Sedangkan pesantren Kedua, Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga memiliki kekuatan pada kurikulumnya antaralain kurikulumnya sudah terintegratif tingkat internasional, sesuai dengan  kebutuhan santri, perkembangan zaman, alumni yang mampu bersaing tingkat internasional, selain itu kurikulumnya juga fleksibel, inovatif, signifikan, dan kontemporer. Adapun kelemahannya adalah menggunakan waktu yang lama, biaya yang mahal, dan memiliki pengetahuan agama kurang luas, kesenjangan sosial bagi santri reguler dan RMBI,  memerlukan daya pikir yang kuat dalam belajar, serta budaya bahasa asing yang kurang terorganisir.
            Faktor pendukung dan penghambat kurikulum Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya berbeda dengan  Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga, pada Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya terdapat beberapa faktor pendukung antaralain pengalaman akademik salafi kiai, tingkat tawadhu’ santri yang tinggi, efektifitas keorganisasian pengurus asrama, kuatnya tradisi dan metode yang istiqomah serta terbantunya ekonomi pesantren dari donatur. Sedangkan faktor penghambatnya antaralain inovasi metode kurang,   nikah usia dini,  fasilitas yang terbatas, minimnya biaya, keterbatasan tenaga pengajar yang sesuai dengan jenjangnya.  Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga, terdapat faktor pendukung kurikulum antara lain perencanaan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman, metode yang fleksibel, fasilitas yang lengkap, pengalaman akademik internasional pendidik, komunikasi efektif dengan pesantren dan Negara maju, serta manajemen yang demokratis. Adapun faktor penghambatnya antaralain tenaga pendidik yang belum merata sesuai keilmuannya, kesenjangan sosial santri, membutuhkan banyak waktu dan meninggalkan tradisi lama yang baik pesantren.   
Pada langkah-langkah integrasi kurikulum pesantren memiliki perbedaan yang signifikan juga,  jika pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya terdapat otoritas yang besar dari kiai dengan tetap menggunakan pendekatan demokratis. Hal tersebut dimulai dengan menganalisis kebutuhan, studi komparatif kurikulum pesantren asal kiai dan ustadz, kemudian kebijakan kiai sebagai landasan, memberikan inovasi kurikulum dan kemudian mengimplementasikannya. Berbeda dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga, terdapat beberapa tahapan yang sistematis dan demokratis, antaralain melakukan konsorsium seluruh elemen pendidikan, evaluasi kurikulum, kemudian melakukan studi komparatif kurikulum dengan pesantren khalaf lain dan Negara lain, inovasi kurikulum dan selanjutnya mengadakan kelas eksperimen. 
            Berdasarkan hasil penelitian tesisi ini, peneliti meberikan rekomondasi sebagai berikut:
1.        Bagi Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya, dalam rangka menghasilkan lulusan yang berakhlak, kompeten dalam bidang agama secara luas agar mengembangkan pendidikan salafi SDM nya minimal sampai pada jenjang ma’had ‘ali atau minimal pada jenjang alfiyahnya bagi pengajar serta mengembangkan strategi pembelajaran terutama pada muhaddatsahnya serta menambahkan materi tahfidzul qur’an sebagai materi wajib.
2.        Bagi Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm   Sakatiga, dalam rangka menghasilkan generasi terbaik (khoiru Ummah) yang bermanfaat luas dan berdaya saing global agar tetap menjadikan basis kajian kitab kunig dalam pembelajaran bidang keagamaan dan pengembangan kajian keagaman yang lebih aktual dan faktual    serta mengorganisir budaya berbahasa (Inggris dan Arab) secara interaktif antara Ustaz dengan santri, dengan memfungsikan pengurus OP3RU untuk langsung aktif sebagai pemula dalam membudayakannya.
3.        Bagi pengelola Pesantren Salaf dan Khalaf yang ingin mengembangkan pada kategori kurikulum salafi bisa mengacu pada model integrasi kurikulum pada pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya, sedangkan kategori khalafi kurikulum yang integratif bisa mengacu pada kurikulum pesantren Khalaf  Raudlatul ‘Ulūm  Sakatiga dengan tetap mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-masing. 

Ucapan Terimakasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Prof. Abdullah.Id, Phd, selaku Direktur Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang yang selalu memberikan kesempatan untuk berkarya, kepada Prof. Dr. H.Amin Suyitno,M.Ag dan Dr. Musnur Hery, M.Ag.  atas saran sekaligus bimbingannya dalam penyusunan tesis ini serta kepada Prof. Dr. H. Cholidi, M.A., dan Dr.Mawangir,M.Ag., selaku penguji tesis ini sehingga dapat menjadi bahan evaluasi akademik bagi penulis dalam mengasah kecintaan terhadap budaya menulis. Serta kepada seluruh pihak akademik  dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi besar dalam menyelesaikan karya ini.  

Referensi
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Baradja, Umar Bin Ahmad. Akhlakul Banain. Y.P.I. Al-Ustadz Umar Baradja, Surabaya.

Burke. Peter. 1993. History and social theory. (diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia. IKAPI. Jakarta.

Departeman Agama RI. 2002. Metodologi Pembelajaran di Salafiyah. Departemen Agama RI, Jakarta.

Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. LP3ES, Jakarta .

Djainuri, Achmad. 2001. Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam. Al Ikhlas, Surabaya.

Drake. Susan M. 2013. Menciptakan Kurikulum Terintegrasi yang Berbasis Standar. Seri Kurikulum Inti. Jakarta: PT. Indeks.  

Fananie, Zainuddin. 1934. Pedoman Pendidikan Modern. PT. Arya Surya Perdana. Jakarta.

Galba, Sindu. 1995. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Rineka Cipta, Jakarta.

Ghazali, Bahri. 2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan. CV. Prasasti, Jakarta.
Haedari et. al. 2006. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. IRD Press. Jakarta.

Jalaludin, 1990. “Santi Asromo K.H. Abdul Halim: Studi Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid Jakarta.

Kartanegara, Mulyadhi. 2005. Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik. PT. Arasy
Mizan. Bandung.

Kutoyo, Sutrisno. Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah. Balai Pustaka. Jakarta.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Dian Rakyat, Jakarta.

Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Ciputat : Logos Wacana Ilmu.

Mastukki. 2004. Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren (Suatu Konsep Pengembangan Madrasah). DEPAG RI : Jakarta.

Mayhud dan Khusnurdilo, 2004. Manajemen Pondok Pesantren. Diva Pustaka, Jakarta.

PB NU. 1999. Hasil-hasil Muktamar Nahdlatul ‘Ulamā. Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulamā, Jakarta.

Rusli. Ris’an. Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solichin, Muhammad Muchlis. 201. “Kebertahanan Pesantren Salaf ditengah arus modernisasi pendidikan: Fenoma PondokPesantren Al-Isaf kalabaan, Guluk-guluk,sumenep”. Disertasi pada Program Pasca Sarjana(PPS) Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.  

Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru Algesindo, Bandung.

Suyitno, 2007. “Matahari Terbit dan Bintang Sembilan: Studi terhadap Pemahaman Muhammadiyah-NU dan Implikasinya terhadap Identitas Politik Islam”. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN ) Syahid Jakarta.

Wahid, Abdurrahman, 2007. Menggerakkan Tradisi: esai-esai Pesantren . Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.

Yacub, M. 1984. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa. Angkasa, Bandung.

Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2012. “Integrasi Pesantren ke dalam Pendidikan Tinggi Agama Islam”. Disertasi pada Program Pasca Sarjana(PPS) Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.  

Zainuddin, Hendra. 2007. Sewindu Forpress “Geliat Pesantre di Sumatera Selatan. Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan(Forpress), Palembang.

Ziemek, Manfred. 1983. Pesantren dalam Perubahan Sosial. (diterjemahkan oleh Butche B. Soendjojo. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Jakarta.















  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manajemen SDM Pendidikan MPI II-IV 24-25

  Mata Kuliah                  :  MANAJEMEN SDM PENDIDIKAN                     Dosen Pengampu        :  Dr.  Darul Abror, M.Pd.      Program...