INTEGRASI KURIKULUM PENDIDIKAN
PESANTREN SALAF DAN KHALAF
(Studi
Komparatif Terhadap Pesantren Aida Tugujaya dengan
Pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga)
Darul
Abror
IAIN Raden Fatah
Palembang
Program Magister IAIN
Raden Fatah Palembang
Email: masdarul1909@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis langkah-langkah
integrasi kurikulum, perbedaan identitas kurikulum pada pesantren salaf AIDA
Tugujaya dan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, baik pada formulasi, kekuatan dan
kelemahannya, faktor penghambat dan pendukungnya serta peneliti berupaya
terhadap integrasi kurikulum tersebut sekaligus mencoba mengintegrasikan
kurikulum tersebut menjadi kurikulum model baru dalam pendidikan pesantren.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sedangkan dalam pengumpulan data diperoleh dengan metode triangulasi (gabungan)
yakni dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian
diklasifikasikan pada dua sumber data yakni data primer dan sekunder. Teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data
interaktif.
Berdasarkan hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi, terdapat empat identitas perbedaan
kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan Pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga,
pertama, pada formulasinya, pesantren Salaf AIDA Tugujaya diformulasikan dalam
bentuk kurikululum klasik dengan meggunakan sistem dan metode sorogan,bandongan
atau wetonan yang terintegratif tingkat lokal. Sedangkan pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga
menggunakan sistem kurikulum
terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Khalaf Gontor, Pondok
Darussalam Jakarta dan Ma'ahid Islamiyah
dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, Syiria dan Madinah dengan metode yang
fleksibel. Kedua, pada kekuatan dan kelemahan kurikulumnya, kurikulum pesantren Salaf AIDA Tugujaya lebih sederhana,
membutuhkan waktu yang sedikit, efisien, penguasaan keilmuan agama yang lebih.
Adapun kelemahannya, kurangnya strategi pengembangan materi klasik dan SDM yang
belum menyelesaikan pendidikan tingkat
tinggi dalam pesantren. Sedangkan pada kurikulum pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki kekuatan terintegratif
tingkat internasional, sesuai dengan
kebutuhan santri dan perkembangan zaman, fleksibel, inovatif, signifikan
serta kontemporer. Adapun kelemahannya terdapat biaya yang mahal, memiliki
pengetahuan agama kurang luas, kesenjangan sosial bagi santri reguler dan RMBI,
serta implementasi program yang kurang kurang terorganisir.
Ketiga,
Pesantren Salaf AIDA Tugujaya memiliki faktor pendukung kurikulum antaralain
pengalaman akademik salafi kiai, tingkat tawādlu’ santri yang tinggi, efektifitas
keorganisasian pengurus asrama, kuatnya tradisi dan metode yang istiqomah serta
terbantunya ekonomi pesantren dari donatur. Sedangkan faktor penghambatnya
antaralain metode kurang terinovatif,
nikah usia dini, fasilitas yang
terbatas, minimnya biaya, keterbatasan sumber daya manusia. Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, terdapat faktor pendukung kurikulum
antara lain perencanaan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman, metode
yang fleksibel, fasilitas yang lengkap, pengalaman akademik internasional
pendidik, komunikasi efektif dengan pesantren dan Negara maju, serta manajemen
yang demokratis. Adapun faktor penghambatnya antaralain tenaga pendidik yang
belum merata sesuai keilmuannya, kesenjangan sosial santri, membutuhkan banyak
waktu dan meninggalkan tradisi klasik pesantren.
Keempat, Pada
langkah-langkah integrasi kurikulumnya, pesantren Salaf AIDA Tugujaya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang lebih sederhana. Sedangkan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, integrasi kurikulumnya dilakukan
dengan sistematis dan demokratis. Selain
itu, peneliti juga berupaya agar kurikulum terintegratifnya lebih maksimal,
pesantren AIDA Tugujaya agar mengembangkan pada aspek muhaddasahnya
sedangkan pesantren Raudlatul ‘Ulūm pada
penguasaan Qowā’idnya dengan tetap
mempertahankan hal lama yang baik.
Kata Kunci:
Integrasi, Komparatif Kurikulum, Pesantren Salaf, Pesantren Khalaf.
Pendahuluan
Dewasa ini, banyak perubahan yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pendidikan termasuk
pondok pesantren dalam mengembangkan pendidikan terutama dalam bidang
pendidikan agama Islam sesuai dengan kebutuhan, peluang, potensi serta budaya
yang ada. Hal ini menjadikan aneka ragam kemasan pendidikan terutama pendidikan
di Pondok Pesantren salaf maupun pendidikan pesantren khalaf, yang bermula
dengan pesantren salaf kemudian di khalafisasikan dengan beberapa ragam pengembangan
dan sistem, metode, manajamen dan kurikulum yang berbeda dalam proses menuju
kemajuan pendidikan Islam sesuai dengan perkembangan zaman.
Pesantren
adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddīn) dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. (Mastuhu,1989 hlm.14).
Pendidikan
salaf lebih mengutamakan ajaran-ajaran
yang lebih dominan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning yang sering
disebut dengan kitab gundul, masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, dan wetonan, bandongan dalam proses kegiatan belajar mengajar santri,
masih memperkenalkan sistem jenjang kelas disebut juga
dengan sistem klasikal namun materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning atau kitab klasik, dan hubungan emosional
kyai dengan santri
di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren khalaf. Hal ini karena
kyai menjadi
figur sentral, sebagai edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu
agama.
Sedangkan pondok pesantren khalaf mengikuti berbagai perkembangan
zaman yang ada, baik sistem, teknologi, fasilitas, metode pembelajaran dan dan termasuk lebih utama pada kurikulumnya. Sekarang sudah banyak pesantren yang berbasis khalaf yang berkembang di
Indonesia. Dengan demikian,
pesantren khalaf ini tidak mengadopsi tradisi-tradisi pesantren salaf seperti
metode pembelajaran bandongan, sorogan,
lalaran serta kurikulum kitab-kitab
kuning atau klasik, akan tetapi
lebih dominan terhadap strategi yang lebih aplikatif dan lebih banyak menggunakan modul maupun ringkasan materi pada pelajaran
yang disampaikan. Disisilain, memang
pesantren khalaf dikemas lebih mengutamakan potensi yang siap terjun dan seimbang
dengan perkembangan zaman baik tingkat Nasional maupun tingkat Internasional. Ada
sebagian pesantren khalaf yang tetap tidak meninggalkan secara menyeluruh tradisi
pesantren baik dalam kurikulum maupun sistem dan metodenya yang dipakai dalam
pesantren salaf. Akan tetapi pendidikan di pesantren khalaf kurang fokus
terhadap permasalahan etika antara seorang santri dengan seorang kyai serta kurang
begitu menguasai pengetahuan pendidikan agama Islam secara menyeluruh terutama
ilmu alat atau nahwu, karena hanya beberapa ilmu agama saja yang diajarkan di pondok
khalaf dengan sitem dan metode yang
lebih fleksibel dan sesuai dengan perkembangan atau tuntutan zaman.
Sesuai
dengan realita di atas, kurikulum pendidikan pesantren salaf dan khalaf terdapat beberapa kelemahan dan penghambat baik pada perencanaan,
implementasi serta evaluasi kurikulumnya dibalik eksistensi pendidikan pesantren
tersebut. Selain itu, pesantren salaf
dan khalaf juga masih
memiliki kekurangan dan kelemahan dalam melakukan upaya pengembangan kurikulum guna menyesuaikan perkembangan dan
tuntutan zaman. Hal ini dapat dilihat dengan out put atau alumni dari pesantren
salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, pada
pesantren salaf AIDA Tugujaya, santri lebih menguasai dasar-dasar pembelajaran atau qowā’id nya daripada muhādasah atau penguasaan
percakapan khususnya dalam kategori bahasa arab. Sebaliknya, pada pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm lebih mengutamakan penguasaan muhādasah atau penguasaan percakapannya daripada penguasaan dasar atau qowā’id nya, dan hal ini dapat dilihat pula pada sistem kurikulum agamanya 50%.
Dengan demikian, adanya gejala-gejala
kurikulum pendidikan pesantren salaf AIDA Tugujaya dan pesantren khalaf Raudlatul
‘Ulūm Sakatiga tersebut di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh, tentang formulasi, kelemahan, faktor penghambat serta upaya
pengembangan kurikulum pendidikan
pesantren yang terlihat masih belum maksimal. Maka peneliti mengangkat judul “Integrasi Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf dan Khalaf: Studi Komparatif Terhadap
Pesantren Salaf AIDA Tugujaya dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga”.
Metodologi
Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif untuk mengetahui perbedaan indentitas kurikulum pesantren
salaf dan khalaf, baik formulasi kurikulum, kelemahan dan kekuatan, penghambat
dan pendukung serta upaya yang dilakukan dalam mengintegrasikan kurikulumnya.
Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2007. hlm. 9) bahwa penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan data yang mendalam, Suatu data yang mengandung makna. Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik
data yang tampak.
Peneliti
mengumpulkan berbagai data dan informasi melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Dalam penelitian ini, peneliti
menempatkan diri sebagai instrumen utama ( the key instrument).
Dengan demikian, peneliti dapat menilai keadaan dan mengambil keputusan
terhadap sesuatu dari informasi yang diperoleh tentang perbedaan identitas
kurikulum pesantren salaf AIDA Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan di
pesantren salaf AIDA Tugujaya Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering
Ilir dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga Kabupaten
Ogan Ilir. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari informan dengan cara
wawancara mendalam, obsevasi dan dokumentasi. Menurut Suwito (2011, hal. 247)
mengemukakan dalam kamus ilmiahnya bahwa informan adalah orang yang menjadi
sumber data penelitian atau pemberi informasi atau data. Dengan demikian, informan merupakan sumber
data utama bagi penulis untuk memperoleh data selama penelitian.
Sumber Data
Kumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui observasi,wawancara dan dokumentasi. Peneliti
memilih para informan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dengan
senang, jujur dan terbuka. Adapun sumber data yang dipergunakan diklasifikasikan pada dua sumber data yakni data primer dan sekunder.
a.
Sumber data primer, penulis dapatkan dari beberapa unsur antaralain, Pengasuh
atau Mudir, Pudir Bidang Akademik, Ustāz pengampu pelajaran pesantren,
pengurus asrama dan santri pada pesantren
Salaf AIDA Tugujaya Pondok dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
b.
Sumber data sekunder, penulis dapatkan
dari dokumentasi pesantren, hasil
penelitian dan sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode triangulasi. (gabungan). Triangulasi yaitu menggunakan berbagai
teknik pengumpulan data secara gabungan atau stimulan (Sugiyono, 2007. hal. 8).
Dengan
demikian, penggabungan teknik penilitian ini terdiri dari beberapa metode
pengumpulan data antaralain metode
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pertama, Metode
Observasi, mengkaji tentang implementasi kurikulum di Pondok Pesantren Salaf Tugujaya
dengan Pondok Pesantren Raudlatul ‘Ulūm
Sakatiga,
baik pada tempat pembelajaran, kegiatan ektrakurikuler, metode pembelajaran,
media pembelajaran serta sumber dan bahan ajar pesantren yang
dijadikan obyek penelitian pada lingkup
penggunaan metode ini.
Peneliti menggunakan observasi sebagai salah satu metode yang
utama seperti dikemukakan oleh Sudijono (2012, hal. 76) bahwa observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(=data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan atau
menghimpun data secara langsung tentang identitas kurikulum pesantren salaf dan
khalaf. Dalam penelitian ini ada beberapa komponen yang di observasi antaralain:
Tabel
1. Kisi-kisi Observasi
Uraian
|
Komponen
|
Sub Komponen
|
Indikator
|
Kurikulum Pesantren salaf dan khalaf
|
Implementasi Kurikulum Pesantren
|
Kegiatan
Pembelajaran di Pesantren salaf dan khalaf
|
Tempat Kegiatan Pembelajaran
|
Kegiatan Ektrakurikuler
|
|||
Metode Pembelajaran
|
|||
Media Pembelajaran
|
|||
Sumber
Belajar
|
|||
Bahan
Ajar
|
|||
Strategi
Pembelajaran
|
|||
Fasilitas pesantren
|
Tabel
di atas merupakan komponen-komponen yang diobservasi oleh penulis selama penelitian
sehingga observasi lebih sistematis, selektif dan lebih mudah serta efisien
waktu. Pada observasi ini penulis mengobservasi secara mendalam pada aspek
implementasi kurikulum pesantren antara lain pada tempat pembelajaran di
pesantren atau asramanya, fasilitas, metode yang dipakai dalam pembelajaran,
bahan ajar yang digunakan, media serta kegiatan ekstrakurikulernya.
Kedua, Metode
wawancara, wawancara yang dilakukan berfungsi sebagai metode utama dalam
memperoleh tentang identitas kurikulum
pesantren salaf AIDA
Tugujaya dan pesantren
khalaf
Raudhatul Ulum Sakatiga baik pada perencanaan, implementasi dan evaluasi
kurikulumnya.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sudijono (2012, hal.
82) bahwa wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab
lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan.
Wawancara yang digunakan penulis dalam
penelitian adalah wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview). Menurut Sugiyono
(2008, hlm. 189) tujuan
wawancara
semiterstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Pengumpulan data wawancara di atas dilakukan dengan beberapa
langkah-langkah, langkah-langkah tersebut sesuai yang dikemukakan Sugiyono
(2008, hal. 235) antaralain (a)
menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, (b) menyiapkan
pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan wawancara yang berhubungan dengan
identitas kurikulum pesantren salaf dan khalaf. (c) mengawali atau membuka alur
wawancara, (d) melangsungkan alur wawancara, (e) mengkonfirmasikan ikhtisar
hasil wawancara dan mengakhirinya, (f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam
catatan lapangan, (g) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
Untuk mempermudah mendapatkan data
dalam wawancara, peneliti menggunakan alat, yaitu handpone untuk merekam proses wawancara selama
penelitian.
Ketiga, Metode Studi Dokumentasi. Studi Dokumentasi dalam penelitian
ini diperlukan terutama untuk kebutuhan tahap ekplorasi (penjajajakan)
dan untuk mengungkapkan data yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data berupa dokumen yang
tersedia di kawasan penelitian, antaralain : Dokumen-dokumen kurikulum, Profil
Pondok Pesantren, Struktur Kurikulum, Data Santri, Data Ustāz, Data
Pengurus Pondok serta kegiatan-kegiatan pesantren.
Setelah
melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi tentang perencanaan,
implementasi dan evaluasi kurikulum pada masing-masing pondok pesantren salaf
maupun khalaf, peneliti
mencoba untuk menyimpulkan dan mengintegrasikan serta
merekomendasikan hasil penelitian guna perbaikan kurikulum yang digunakan pondok pesantren salaf AIDA
Tugujaya dengan pesantren khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga
sehingga lebih efektif jika diterapkan dalam pesantren.
Ada beberapa komponen yang peneliti lakukan setelah melaksanakan observasi,
wawancara dan dokumentasi antaralain:
Denah I. Kisi-kisi integrasi kurikulum dan pengembanganya
![]() |
|||||
![]() |
|||||
|
|||||
![]() |
|||||
|
|||||
Denah di atas memiliki substansi
bahwa adanya konsep integrasi kurikulum pesantren, antara pesantren salaf AIDA TuguJaya dengan pesantren
khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga yang kemudian integrasi kurikulum tersebut dianalisis oleh peneliti lebih dalam dengan memahami
dan menganalisa data dari lapangan kemudian direkomendasikan pada
masing-masing pesantren untuk mempertimbangkan hasil penelitian tersebut
sebagai bagian dari evaluasi dan perbaikan kurikulum pesantren.
Dengan demikian, selain menganalisis formulasi
kurikulum, kelemahan dan penghambat kurikulum serta upaya-upaya yang dilakukan
dalam mengintegrasikan kurikulumnya dimasing-masing pesantren, peneliti bermaksud mengembangkan hasil analisis penulis kemudian menjadikan hasil peneltian dari studi komparatif antara kurikulum pesantren khalaf
Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga dengan pesantren salaf AIDA Tugujaya sebagai pertimbangan yang harus di
perhatikan oleh pesatren tersebut guna eksistensi kurikulum pesantren
mendatang. Penulis melakukan upaya ini pada ke dua pesantren tersebut dengan
tetap mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik.
Metode Analisis
Data
Dalam mengolah
data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan berbagai sumber yang
relevan, peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya menghimpun, menyeleksi,
serta melakukan pengelompokan semua data yang peneliti peroleh dari berbagai
sumber yang dijadikan tempat pencarian data terutama di pesantren salaf AIDA Tugujaya dan
pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga.
Sesuai yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008, hal. 244) analisis data
adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Data
yang terkumpul dianalisis dengan mendeskripsikan. Data yang telah diperoleh
dirangkum atau dikhtisarkan atau diseleksi sesuai dengan permasalahan yang
diteliti, hal ini biasa dikenal dengan kategori pekerjaan analisis yang disebut
reduksi data. Disamping reduksi data, juga diperlukan proses dan
kegiatan display data, yaitu penyajian
data kedalam sejumlah matriks yang sesuai dengan masalah penelitian. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah dalam
menyimpulkan dan menginterprestasikan data (Faisal,
1995. hlm. 271).
Model
yang peneliti gunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah analisis data
kualitatif dengan menggunakan Interactif model yang dikembangkan oleh
Miles dan Huberman (1994, hlm.
12). Dari
hasil kerja penghimpunan dan penyeleksian, dengan menggunakan model interaktif
yaitu, dalam menganalisa data yang diperoleh dilakukan melalui tiga tahapan yaitu data, display
data, dan verifikasi data (Usman, 2001. hlm. 86-87). Reduksi data dilakukan dengan memilah data mana yang dibutuhkan dari hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan untuk dijadikan data pokok dalam proses
anaslisis. Sedangkan tahap display data adalah menampilkan kembali data yang telah
dikelompokkan dan dipilah sebelumnya untuk keperluan kerja analisa. Sementara
itu tahap verifikasi data merupakan tahap diskusi, analisis, kritik dan
interpretasi terhadap data yang digunakan
dalam kegiatan analisa, untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan. Pada tahap akhir yaitu verifikasi data tersebut
dilakukan
dengan prosedur analisis, kritis, dan interpretatif. Prosedur analisa merupakan tahap pengenalisaan terhadap
data yang ada secara mendalam untuk mendapatkan pemahaman baru terhadap sumber
data yang telah ditemukan para ahli.
Secara
sederhana prosedur analisis akan dilakukan dengan menggunakan intercaktive
model dapat digambarkan sebagai berikut;
![]() |
|||
![]() |
|||


Gambar 1 : Componen of Data Analysis Intercative Model
Hasil dan Pembahasan
Pada formulasinya, kurikulum
pesantren salaf AIDA Tugu Jaya dengan Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki perbedaan yang signifikan, kurikulum
pesantren AIDA Tugu Jaya menerapkan konsep dasar kurikulum yang tetap kukuh
berpedoman pada ilmu-ilmu salaf, dimana keaslian akidah lebih terjamin ke-aslinya. (Wawancara
dengan Ky. Toha Jazuli tanggal 05 Juli 2013). Hal ini sesuai dengan dictum
pesantren dan pedoman Nahdlatul ‘Ulamā’ dalam menghadapi perkembangan
zaman serta benturan-benturan kultural
yang dipandang membahayakan yakni dengan memelihara hal-hal baik yang telah ada
sambil mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik, (al-muhāfadlatu ‘ala
al-qodhīmi ash shālih ma’a al akhzu bī al jadīdi al ashlāh).
Pada pesantren
salaf AIDA Tugu Jaya lebih mementingkan konsep Tafaqquh fiddīn, dengan harapan tetap mengarah keaslian akidah
dari para ulama terdahulu serta tetap pada haqiqiyah dan hilmun
atau aris dalam bertindak. (Wawancara
dengan K.H. Toha Jazuli pada tanggal 15 Juli 2013).
Pesantren Salaf AIDA Tugujaya
menyusun rencana kurikulum sebagai berikut,
Struktur
kurikulum pesantren Salaf AIDA Tugujaya
No
|
Mata
Pelajaran
|
Jenjang Madrasah Diniyah
/ Mata pelajarannya
|
||||
TPA
|
‘Awwamil
|
Al-Jurūmiyyah
|
‘Imrītī
|
Alfiyyah
|
||
1.
1
|
Iqra’
|
ü
|
|
|
|
|
2.
2
|
Al-Qur’an
|
ü
|
|
|
|
|
3.
|
Mabādi Fiqih
|
|
ü
|
|
|
|
4.
|
‘Aqidatul
Awwām
|
|
ü
|
|
|
|
5.
|
Fasholatan
|
ü
|
ü
|
|
|
|
6.
|
Tasrif
|
|
ü
|
ü
|
ü
|
|
7.
|
‘Ijul adāb
|
|
ü
|
ü
|
|
|
8.
|
Sulam Taufiq
|
|
|
ü
|
|
|
9.
|
Qowāidul al-’lal
|
|
|
ü
|
|
|
10.
|
Ta’līmul al-Muta’alīm
|
|
|
ü
|
ü
|
|
11.
|
Jurūmiyyah
|
|
|
ü
|
|
|
12.
|
Jazāriyah
|
|
|
ü
|
|
|
13.
|
‘Imritī
|
|
|
|
ü
|
|
14.
|
Fatkhūl al-Qōrib
|
|
|
|
ü
|
|
15.
|
Maqsūd
|
|
|
|
ü
|
|
16.
|
Alfiyah
|
|
|
|
|
ü
|
17.
|
Bulugh al-Marām
|
|
|
|
|
ü
|
18.
|
Fat’ul
Mu’īn
|
|
|
|
|
ü
|
19.
|
Manteq
|
|
|
|
|
ü
|
20.
|
Ekstrakurikuler
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
Jam
|
12
|
12
|
16
|
14
|
16
|
Sumber :
Data adminitrasi pondok pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya
|
Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga,
Dengan
demikian, ada
beberapa upaya menurut penulis dalam menyelesaikan problematika pada penguasaan
muhaddātsah pada pesantren salaf AIDA Tugu Jaya,
upaya-upaya tersebut antara lain;
1.
Menjadikan metode muhaddātsah
ini menjadi suatu bagian dari sistem pesantren AIDA Tugu Jaya dengan
mewajibkan seluruh santri untuk menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi
selama di pesantren baik dengan Kyai, Ustaz maupun dengan santri lain.
2.
Memberikan
buku panduan khusus yang berisikan tentang kosa kata dan percakapan-percakapan
bagi santri pemula.
3.
Kyai dan
Ustaz melakukan tanya jawab dengan para santri dengan menggunakan bahasa
Arab atau mengadakan pelatihan percakapan dua orang santri atau lebih untuk
mendiskusikan masalah tertentu dengan menggunakan bahasa Arab, dan ini bisa
dikembangkan pada kegiatan muhadlarah dengan menggunakan bahasa Arab.
4.
Membangun
lingkungan yang berbudaya bahasa Arab, dengan
cara menulis benda-benda di lingkungan pesantren dengan bahasa Arab.
5.
Adanya
studi integrasi kurikulum dengan Kyai dan pesantren salaf lain yang lebih maju.
Sebaliknya,
pada identitas
kurikulum pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, sesuai hasil analisis peneliti bahwa terdapat beberapa hal yang signifikan
yang menjadi kajian mendalam dan perlu diperkuat pada penguasaan qowā’idnya,
sehingga hal ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah antara lain;
1.
Secara
sistem, menjadikan bahasa Arab bahasa sebagai bahasa yang wajib dikuasai secara
baik pada muhaddātsah
dan juga qowā’idnya.
2.
Menambah jam pelajaran pada mata
pelajaran Bahasa Arab
3.
Menjadikan
pelajaran-pelajaran klasik (jurūmiyah, atau
‘imriti dan alfiyah) sebagai tambahan dan penguat
dalam penguasaan keilmuan nahwu santri.
4.
Adanya
pendampingan khusus terhadap
santri dengan memperkuat pengetahuan qowā’id dan peningkatan muhaddāsah
pada pengurus (OP3RU), sehingga pendekatan struktural ini akan lebih sistematis
membantu ustaz dalam memaksimalkan programnya.
5.
Adanya SDM khusus dan fokus
mengajarkan kemampuan qowā’idnya
dengan kitab-kitab klasik.
Dengan
demikian, maka dapat dilihat bahwa masing-masing pesantren, baik pesantren
salaf AIDA Tugu Jaya dan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga masih perlu upaya-upaya yang terhadap integrasi
kurikulumnya agar lebih eksis dan tetap mengutamakan proses pembelajaran santri
guna mendapatkan hasil yang mampu bersaing di era global dengan tetap
mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik.
Sesuai hasil peneletian penulis, integrasi kurikulum pesantren tersebut tetap
mengedepankan penguasaan qowā’id dan muhaddāsahnya,
sehingga terdapat
beberapa disiplin ilmu yang dapat dijadikan sebagai kurikulum terintegratif
pada pesantren, yakni adanya penguatan bidang qowā’idnya dengan
mengimplementasikan jurūmiyah,‘imriti, alfiyah, Tasrif. Sedangkan pada penguatan muhaddāsahnya diberikan materi Mahfuzhot, Imla', Insya' dan Qur'an Tahfizh. Serta tetap
didampingi dengan budaya dan sistem yang lebih mengedepankan skill penguasan
Bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari santri dan ustaznya.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan
hasil analisis dari berbagai informasi dan data yang dapat penyusun kumpulkan
mengenai Integrasi Kurikulum Pesantren Salaf dan Khalaf (Studi Komparatif pesantren
AIDA Tugujaya dan
Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga) antaralain,
Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya telah
memformulasi kurikulum pesantrennya dalam bentuk kurikululum klasik dan atau tradisional dengan konsep
dasar kurikulum yang tetap kukuh berpedoman pada ilmu-ilmu salafatau tafaqquh
fiddien, Adapun formulasi kurikulum pesantren AIDA Tugu Jaya juga mutlak
dari Kiainya langsung dengan menggunakan sistem dan metode sorogan,bandongan
atau wetonan yang menjadi kewajiban dalam pembelajaran yang
diformulasi sebagai bagian dari perencanan, implementasi dan evaluasi kurikulum
pesantren AIDA Tugu Jaya. Berbeda dengan formulasi kurikulum pesantren Khalaf Raudlatul
‘Ulūm Sakatiga dengan sistem kurikulum
terpadu (integrated curriculum) baik kurikulum Pondok Modern Gontor, Pondok
Darussalam Jakarta dan Ma'ahid
Islamiyah dalam dan luar negeri, antaralain Kairo, syiria dan Madinah
terutama pada pengembangannya. Kurikulum Pesantren juga
disesuaikan dengan kebutuhan, target serta pencapaiannya dalam bersaing di era global baik di
dalam dan di luar negeri. Salah satu sistem yang digunakan dalam implementasi
kurikulum tersebut adalah dengan sistem fool day school.
Kekuatan dan Kelemahan kurikulum pesantren salaf AIDA
Tugu Jaya dengan Pesantren Raudlatul ‘Ulūm
Sakatiga memiliki perbedaan yang signifikan. Pertama, Pesantren Salaf
Aida Tugu Jaya lebih sederhana, membutuhkan waktu yang fleksibel, efisien dan
diformulasikan penguasaan keilmuan agama dan tasawufnya lebih tinggi, lebih
dekat dengan kiai dan ustadz, serta menggunakan metode yang istiqomah dan mudah
dipahami oleh santri jawa saja, lebih teliti,
terarah, dan tetap memprioritaskan
produk serta 100% agama. Adapun kelemahannya antaralain kurangnya sumber
daya manusia yang pendidikan salafnya sesuai dengan jenjang yang ada dan masih
memprioritaskan kelompok. Sedangkan pesantren Kedua,
Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga memiliki kekuatan pada kurikulumnya
antaralain kurikulumnya sudah terintegratif tingkat internasional, sesuai
dengan kebutuhan santri, perkembangan
zaman, alumni yang mampu bersaing tingkat internasional, selain itu kurikulumnya juga fleksibel, inovatif, signifikan, dan
kontemporer. Adapun kelemahannya adalah menggunakan waktu yang lama,
biaya yang mahal, dan memiliki pengetahuan agama kurang luas, kesenjangan sosial bagi santri reguler dan RMBI, memerlukan daya pikir yang kuat dalam belajar,
serta budaya bahasa asing yang kurang terorganisir.
Faktor pendukung
dan penghambat kurikulum Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya berbeda dengan Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, pada Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya
terdapat beberapa faktor pendukung antaralain pengalaman akademik salafi kiai,
tingkat tawadhu’ santri yang tinggi, efektifitas keorganisasian pengurus
asrama, kuatnya tradisi dan metode yang istiqomah serta terbantunya ekonomi
pesantren dari donatur. Sedangkan faktor penghambatnya antaralain inovasi
metode kurang, nikah usia dini, fasilitas yang terbatas, minimnya biaya, keterbatasan
tenaga pengajar yang sesuai dengan jenjangnya.
Berbeda dengan pesantren Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga, terdapat faktor pendukung kurikulum
antara lain perencanaan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan zaman, metode
yang fleksibel, fasilitas yang lengkap, pengalaman akademik internasional
pendidik, komunikasi efektif dengan pesantren dan Negara maju, serta manajemen yang
demokratis. Adapun faktor penghambatnya antaralain tenaga pendidik yang belum
merata sesuai keilmuannya, kesenjangan sosial santri, membutuhkan banyak waktu
dan meninggalkan tradisi lama yang baik pesantren.
Pada langkah-langkah integrasi kurikulum pesantren
memiliki perbedaan yang signifikan juga,
jika pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya terdapat otoritas yang besar dari
kiai dengan tetap menggunakan pendekatan demokratis. Hal tersebut dimulai
dengan menganalisis kebutuhan, studi komparatif kurikulum pesantren asal kiai
dan ustadz, kemudian kebijakan kiai sebagai landasan, memberikan inovasi
kurikulum dan kemudian mengimplementasikannya. Berbeda dengan Pesantren Khalaf Raudlatul
‘Ulūm Sakatiga, terdapat beberapa
tahapan yang sistematis dan demokratis, antaralain melakukan konsorsium seluruh
elemen pendidikan, evaluasi kurikulum, kemudian melakukan studi komparatif
kurikulum dengan pesantren khalaf lain dan Negara lain, inovasi kurikulum dan
selanjutnya mengadakan kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian tesisi ini, peneliti meberikan
rekomondasi sebagai berikut:
1.
Bagi
Pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya, dalam rangka menghasilkan lulusan yang
berakhlak, kompeten dalam bidang agama secara luas agar mengembangkan
pendidikan salafi SDM nya minimal sampai pada jenjang ma’had ‘ali atau
minimal pada jenjang alfiyahnya bagi pengajar serta mengembangkan
strategi pembelajaran terutama pada muhaddatsahnya serta menambahkan
materi tahfidzul qur’an sebagai materi wajib.
2.
Bagi
Pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga,
dalam rangka menghasilkan generasi terbaik (khoiru Ummah) yang bermanfaat
luas dan berdaya saing global agar tetap menjadikan basis kajian kitab kunig dalam
pembelajaran bidang keagamaan dan pengembangan kajian keagaman yang lebih
aktual dan faktual serta mengorganisir
budaya berbahasa (Inggris dan Arab) secara interaktif antara Ustaz
dengan santri, dengan memfungsikan pengurus OP3RU untuk langsung aktif sebagai
pemula dalam membudayakannya.
3.
Bagi pengelola Pesantren Salaf
dan Khalaf yang ingin mengembangkan pada kategori kurikulum salafi bisa mengacu
pada model integrasi kurikulum pada pesantren Salaf AIDA Tugu Jaya, sedangkan
kategori khalafi kurikulum yang integratif bisa mengacu pada kurikulum
pesantren Khalaf Raudlatul ‘Ulūm Sakatiga dengan tetap mempertimbangkan
kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Ucapan Terimakasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Prof. Abdullah.Id, Phd,
selaku Direktur Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang yang selalu memberikan
kesempatan untuk berkarya, kepada Prof. Dr. H.Amin Suyitno,M.Ag dan Dr. Musnur
Hery, M.Ag. atas saran sekaligus
bimbingannya dalam penyusunan tesis ini serta kepada Prof. Dr. H. Cholidi,
M.A., dan Dr.Mawangir,M.Ag., selaku penguji tesis ini sehingga dapat menjadi
bahan evaluasi akademik bagi penulis dalam mengasah kecintaan terhadap budaya
menulis. Serta kepada seluruh pihak akademik
dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi besar dalam
menyelesaikan karya ini.
Referensi

Aly, Abdullah.
2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Baradja, Umar
Bin Ahmad. Akhlakul Banain. Y.P.I. Al-Ustadz Umar Baradja, Surabaya.
Burke. Peter.
1993. History and social theory. (diterjemahkan oleh Yayasan Obor
Indonesia. IKAPI. Jakarta.
Departeman Agama
RI. 2002. Metodologi Pembelajaran di Salafiyah. Departemen Agama RI,
Jakarta.
Dhofier,
Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. LP3ES, Jakarta .
Djainuri,
Achmad. 2001. Pendidikan dan Modernisasi di Dunia Islam. Al Ikhlas,
Surabaya.
Drake. Susan M.
2013. Menciptakan Kurikulum Terintegrasi yang Berbasis Standar. Seri
Kurikulum Inti. Jakarta: PT. Indeks.
Fananie,
Zainuddin. 1934. Pedoman Pendidikan Modern. PT. Arya Surya Perdana.
Jakarta.
Galba, Sindu.
1995. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Ghazali, Bahri. 2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan. CV.
Prasasti, Jakarta.
Haedari et. al.
2006. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global. IRD Press. Jakarta.
Jalaludin, 1990. “Santi Asromo K.H. Abdul Halim: Studi Tentang
Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana
(SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid Jakarta.
Kartanegara, Mulyadhi. 2005. Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi
Holistik. PT. Arasy
Mizan. Bandung.
Kutoyo, Sutrisno. Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan
Muhammadiyah. Balai Pustaka. Jakarta.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Dian Rakyat,
Jakarta.
Mastuhu. 1999. Memberdayakan
Sistem Pendidikan Islam. Ciputat : Logos Wacana Ilmu.
Mastukki. 2004. Sinergi
Madrasah dan Pondok Pesantren (Suatu Konsep Pengembangan Madrasah). DEPAG
RI : Jakarta.
Mayhud dan Khusnurdilo, 2004. Manajemen Pondok Pesantren.
Diva Pustaka, Jakarta.
PB NU. 1999.
Hasil-hasil Muktamar Nahdlatul ‘Ulamā’. Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulamā’, Jakarta.
Rusli. Ris’an. Pembaharuan
Pemikiran Modern dalam Islam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Solichin,
Muhammad Muchlis. 201. “Kebertahanan Pesantren Salaf ditengah arus modernisasi
pendidikan: Fenoma PondokPesantren Al-Isaf kalabaan, Guluk-guluk,sumenep”.
Disertasi pada Program Pasca Sarjana(PPS) Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
Sudjana, Nana.
2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru
Algesindo, Bandung.
Suyitno, 2007.
“Matahari Terbit dan Bintang Sembilan: Studi terhadap Pemahaman Muhammadiyah-NU
dan Implikasinya terhadap Identitas Politik Islam”. Disertasi pada
Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN ) Syahid Jakarta.
Wahid,
Abdurrahman, 2007. Menggerakkan Tradisi: esai-esai Pesantren .
Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.
Yacub, M. 1984. Pondok
Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa. Angkasa, Bandung.
Zainiyati,
Husniyatus Salamah. 2012. “Integrasi Pesantren ke dalam Pendidikan Tinggi Agama
Islam”. Disertasi pada Program Pasca Sarjana(PPS) Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
Zainuddin,
Hendra. 2007. Sewindu Forpress “Geliat Pesantre di Sumatera Selatan. Forum
Pondok Pesantren Sumatera Selatan(Forpress), Palembang.
Ziemek, Manfred.
1983. Pesantren dalam Perubahan Sosial. (diterjemahkan oleh Butche B.
Soendjojo. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar